Y. Setiyo Hadi
Alam semesta dinyatakan sebagai
segala yang di sekitar manusia, sedangkan manusia sendiri merupakan bagian dari
alam semesta. Pandanga ini memperlihatkan ada “alam yang dekat dengan manusia”
(alam nyata) dan ada “alam yang jauh dari manusia” (alam ghaib).
Potensi alam semesta atau yang
disebut sebagai sumber daya alam meliputi segala sesuatu yang ada di dalam alam
semesta. Potensi ini bisa terdapat di mana saja, seperti dalam tanah, air, di
angkasa, permukaan tanah, barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan, dan
sebagainya. Inti dari sumber daya alam adalah segala sesuatu yang ada di alam ini,
baik yang nyata maupun yang ghaib.
Alam semesta sebagai sumber daya
memiliki dimensi sebagai berikut: kuantitas, kulaitas, waktu, dan ruang. Dengan
melihat dimensi ada dua sudut pandang tentang alam, yaitu dalam sudut subyektif
(dalam pandangan manusia) melihat alam memiliki keterbatasan karena
keterbatasan dalam melakukan penyerapan serta penginderaan terhadap alam dan
sudut obyektif (pandangan apa adanya) membuktikan bahwa alam tidak terbatas
bahkan cenderung mengarah pada tidak terbatas (unlimited).
Sudut pandangan subyek ini yang
menjadi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sepanjang sejarah umat
manusia. Sudut pandang subyek berkaitan dengan upaya penginderaan dan
identifikasi manusia terhadap diri dan lingkungan sekitarnya. Rasa ingin tahu (curiosity)
dan pemenuhan kebutuhan manusia memiliki keterbatasan dalam mengedentifikasi
keberadaan alam semesta.
Rasa ingin tahu yang bersatu dengan
upaya pemenuhan kebutuhan hidup, manusia menjadi alam sebagai sumber energy dalam
upaya pemenuhan kebutuhan keseharian. Rasa ingin tahu dan tidak puas menjadikan
manusia berupaya terus mengetahui berbagai isi alam ini yang bermanfaat dan
dapat dimanfaatkan manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Alam yang diketahui, baik dengan
bantuan ilmu dan teknologi, masihlah terbatas. Sedangkan masih banyak dan
menjadi misterius bagian-bagian yang tersembunyi dalam alam. Alam yang
diketahui dan menjadi manusia ini menjadi bagian dari pandangan subyektif terhadap keberadaan alam sesungguhnya.
Sudut obyektif (pandangan apa adanya)
membuktikan bahwa alam tidak terbatas bahkan cenderung mengarah pada tidak
terbatas (unlimited). Di luar pengetahuan memori manusia, baik yang telah
dilakukan dengan teknologi mutakhir yang canggih, masih banyak misteri alam
yang tidak diketahui manusia.
Alam, secara obyektif, sangat luas
dan belum diketahui batas nyata oleh ilmu pengetahuan dan teknologi manusia.
Saking luas dan tidak terbatas alam, memperlihatkan pengetahuan manusia tentang
alam semesta ini sangatlah sedikit. Sedangkan manusia sendiri di ala mini,
tidak lebih besar dari sebutir pasir bila kita menyadari keluasan dari alam
semesta.
200403
Tidak ada komentar:
Posting Komentar